Tren Berwisata Setelah Pandemi Covid-19

Tren Berwisata Setelah Pandemi Covid-19

Masyarakat Indonesia diprediksi bakal membanjiri tempat wisata jika pemerintah mencabut pembatasan sosial atau menyatakan Indonesia bebas kasus Covid-19.

Namun tren yang disebut sejumlah kalangan sebagai revenge tourism atau wisata balas dendam itu dinilai bisa kontraproduktif. Pandemi Covid-19 membuat banyak orang mengalami kejenuhan di tengah penerapan pembatasan sosial. 

Niat membalas masa karantina diri di rumah dengan berwisata merupakan hal wajar, Setelah pergerakan fisik terbatas di rumah selama berminggu-minggu,  setiap orang secara alamiah ingin menikmati suasana baru, dari sekedar makan ke restoran, nonton di bioskop, hingga liburan ke destinasi wisata."Revenge tourism "sangat mungkin muncul karena banyak orang sudah bosan di rumah. Berpergian adalah salah satu yang mereka ingin lakukan sekarang

"Tapi setelah pembatasan sosial dicabut, mungkin mereka tidak akan pergi ke destinasi yang jauh. 

Kecenderungan revenge tourism ini juga muncul di Amerika Serikat, menurut hasil jajak pendapat yang digelar Skift Research, sebuah firma penerbitan, penelitian, dan pemasaran pariwisata.

Kajian mereka menemukan bahwa sepertiga penduduk AS berencana berwisata tiga bulan setelah karantina wilayah dicabut.

Sementara awal Mei lalu, setidaknya 85 juta penduduk China, termasuk di kota Wuhan, melakukan perjalanan wisata setelah otoritas setempat melonggarkan kebijakan 'lockdown'.

Adapun di Seoul, Korea Selatan, 10 Mei lalu kluster baru kasus Covid-19 muncul di sebuah klub malam.

Setelah 34 orang yang baru saja mengunjungi klub tersebut dinyatakan positif Covid-19, negara itu diyakini akan segera memasuki gelombang kedua pandemi.

Pertanyaannya, seberapa bahaya berwisata setelah pandemi?

Aktivitas wisata baru bisa berjalan normal setelah Minimal 70 % penduduk didaerah tersebut mendapatkan vaksin Covid-19.

Sebelum kondisi normal itu terjadi,  harus tetap ada kewaspadaan tinggi pada potensi penyebaran Covid-19.

Ketika aktivitas dibuka secara bertahap, yang akan disasar adalah destinasi wisata karena masyarakat berwisata untuk melepas kepenatan selama bekerja dan tinggal di rumah,Kita tidak bisa lagi bersikap seperti sebelum pandemi. Setelah ini kesadaran akan kesehatan semakin tinggi.

Vaksin, memang satu-satunya indikator yang bisa memastikan pejalan terbebas ancaman Covid-19. hal ini dapat disamakan dengan vaksin demam kuning (yellow fever) bagi orang yang akan berpergian ke Afrika dan Amerika Selatan.

Kementerian Kesehatan menyebut penyekit yang disebabkan nyamuk ini sebagai salah satu yang paling berbahaya di dunia. Demam kuning dinyatakan edemis di 31 negara Afrika serta 13 negara Amerika Selatan.Sekarang mulai ada yang menawarkan asuransi perjalanan, tapi kebanyakan wisatawan tidak ingin asuransi, melainkan keselamatan jiwa.

Hasil swab test pun tidak menjamin karena itu kan kondisi pada saat tes. Bagaimanapun,  aktivitas pariwisata akan mulai bergulir secara bertahap begitu pemerintah mencabut pembatasan sosial.

Hingga saat ini, Kemenparekraf baru akan meminta pengelola tempat wisata menjamin kebersihan, kesehatan, dan keamanan turis.

Mari kita tunggu keputusan presiden, tim gugus tugas, dan Kemenkes. Kalau aktivitas ekonomi dibuka secara bertahap, kami tentu akan mengikuti keputusan. Be safe guys tetap jalankan protokol kesehatan dimanapun berada.

Edy
Author : Edy

Edy adalah seorang yang mempunyai hobi traveling. Mencari tempat wisata baru dan unik seakan menjadi rutinitas dikala senggang

Tuangkan Komentar Anda
Gunakan kode HTML berikut untuk format text: <a><br><strong><b><em><i><blockquote><code><ul><ol><li><del>
CAPTCHA Image
Reload Image
Berita Terkait